WhatsApp Image 2024-02-07 at 19.33.04_8501907b
previous arrow
next arrow
xr:d:DAF-4xttWGo:71,j:1941474905019999148,t:24040103
previous arrow
next arrow

Kepemimpinan Menyikapi Persoalan dan Kebatilan Yang Paling Tolol

Kepemimpinan Menyikapi Persoalan dan Kebatilan Yang Paling Tolol

Penulis Kristian Dio

JENDELA KOPPINEWS.COM, Bangka Belitung- Kepemimpinan merupakan salah satu mentor yang patut dicontoh namun terkadang jauh dari harapan bagi mereka yang setia pada pengikutnya. Cerita ini bukan sebuah hayalan akan tetapi realitas sering kali terjadi muncul di sekitar kita dalam praktek kehidupan. “Kepemimpinan Yang Menyikapi Persoalan dan Kebatilan Yang Paling Tolol”.

Persoalan kehidupan tak pernah kesudahan, tugas setiap orang menyadri dan mengingati akan sebuah kebaikan dan kebenaran bagi sesama. Seperti halnya,

Piring Yang Kotor, Jangan Dibuang, Tapi Dicuci” 

Hal ini seperti sulit di terima bagi mereka yang diperbudak dunia, Jabatan, Kepentingan, serta jauh dari Pengampunan.

Kebatilan yang hakiki dalam diri seorang Pemimpin, menggiring kesesatan dan mencederai sebuah pergumulan kehidupan seseorang atau komunitas itu sendiri. Persoalan itu tidak luput bagi mereka yang merasa benar -benar paling sempurna, ataupun juga sebaliknya akan tetapi,

Memanusiakan Manusia tidak mudah bagi mereka yang berparas malekat ataupun juga benar-benar berparas Bajingan“.

Kemunafikan , Kecongkakan juga tidak terlepas dari diri siapapun. Gejolak dan perlawanan suara hati selalu ada bahkan bertentangan dengan yang semestinya, ketika kita dalam posisi tertentu, bahkan juga menutup mata, telinga, rasa dan mempertaruhkan reputasi moral dan martabat diri sendiri dalam berkomunitas apalagi mengambil bagian sebagai Pemimpin, namun tidaklah harus menyampingkan, etika, moral, dalam praktek pergumulan dikeseharian kita.

Baca juga  Kompol Remiwati, Sosok Polwan Tangguh Diantara Barisan Pejabat Utama Polda Babel, Ternyata Mantan Pejudo Juara PON

Jumpa kita kali ini, Penyesatan sebuah sistem dan kebajikan menyikapi persoalan bagi setiap Pemimpin, mari kita ulas. Contoh kasus.

“Untah mengatakan rumput Itu berwarna kuning dan Domba mengatakan rumput itu berwarna hiijau”

Perdebatan panas dua arah ini sulit diterima dan keributan tak terhindarkan, hingga membawa persoalan ini sampai di depan Gajah, karena Gajah merupakan seekor binatang raksasa yang kuat dan sanagt bijaksana diantara mereka.

Pengaduan diatara merekapun terjadi di depan Gajah, Gajahpun dengan sangat bijak mengatakan,

“Dua-duanya benar dan tidak ada yang salah diantara kalian” dan pertengkaran itupun usai.

Sikap bijaksana dari Gajah, untuk mengakiri segala pertengkaran itu. Disuatu hari datanglah seekor Gajah kepada Untah dan menasihatnya serta meluruskan segala persoalan itu dan Untahpun mengerti dan mengakuinya. Tidak hanya Untah begitupun juga kepada Domba dan Dombapun mengerti lalu menerimanya.

Kasuss diatas menjadi sebuah refleksi diri kita, Apakah Moral, etika, dan tindakan seorang Pemimpin jauh lebih beradab dari kehidupan sekelompok Binatang?.

Sering kali terjadi dalam kehidupan kita, Keangkuhan, Ketamakan, Egoh, Benci, Dengki, Sombong, Iri hati, Dendam, Gengsi menjadi prioritas dalam pedoman hidup yang sesungguhnya. Tidak hanya itu, Kepemimpinan yang abstrak, akhir akhir ini menjadi sangat misterius, Karena penerapan sebuah mekanisme Kepemimpinan yang berorentasi pada perpecahan, serta  konflik internal dan eksternal demi kepentingan.

Baca juga  Doa dari Desa, Perjalanan Menuju Surga: Jamaah Haji Bangka Selatan Siap Berangkat

Hal ini menjadi evaluasi diri yang sangat mendalam, langkah Kepemimpinan bukan saja berpatokan pada benar atau salah, akan tetapi dampak dan manfaat dan fungsi Kepemimpinan itu harus benar benar bisa menjadi isntrumen inplementasi sebuah penerapan sistem yang mendasar baik dan benar bagi kader penerusnya, bahkan berani mengorbankan dirinya untuk pengikutnya. Kokohnya sebuah sistem dalam pergumulan apapun, sala satunya adalah mentalitas, etika, moral, tindakan dan perilaku kepada bawahnya dan kepada siapapu juga.

Pada prinsip dasarnya sebagai Pemimpin tak pernah rela mengorbankan bawahnya, akan tetapi sekarang sering kali terjadi bawahan yang menjadi korban kepada Pemimpinya. Kesiapan mentalitas yang cenderung buruk justru lebih dominan dalam praktek kehidupan masa kini. Hal tersebuat apa yang menjadi acuan kepatuhan pada sebuah sitem, yang terkadang sistem itu sendiri dikianati, demi ketamakan dan keangkuhan seorang pemimpin pada kedudukannya.

Redaksi.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *